Senin, 06 Juli 2015

Ingat Gorontalo, Ingat Tumbilatohe!

Tidak lama lagi malam pasang lampu atau malam Tumbilotohe tiba, masyarakat Gorontalo mulai mempersiapkan segala hal untuk menyambut datangnya malam Tumbilotohe. mungkin ada yang belum tahu apa itu Tumbilotohe. Tumbilotohe merupakan warisan budaya dan memiliki keunikan tersendiri dalam menyambut malam 27 Ramadhan atau malam Lailatutqodar. asal kata Tumbilotohe yaitu Tumbilo yang berarti pasang atau nyalakan, Tohe berarti Lampu.
lampu yang dimaksudkan pada adat Tumbilatohe ini harusnya lampu yang terbuat dari Damar (Tohetutu), terbungkus dengan daun woka. akan tetapi seiring berkembangnya zaman, masyarakat beralih menggunakan lampu botol atau lampu yang dibuat dari botol yang berukuran sedang yang diberi sumbu dan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. bukan hanya lampu botol, lampu yang mengguakan tenaga listrikpun kini dijadikan sebagai pengganti dari lampu botol ataupun lampu dari damar yang susah untuk dibuat. (Harusnya kita mempertahankan keaslian dari suatu warisan budaya, apalah arti sebuah peninggalan jika kita mengabaikan atau melupakan hal-hal yang harusnya kita lestarikan, betul tidak?)

Selasa, 02 Juni 2015

Benteng Otanaha- Gorontalo

Benteng Otanaha merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota GorontaloBenteng ini dibangun sekitar tahun 1522. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.
Menurut sejarah Gorontalo, abad 15 berdiri Kerajaan Pinohu (Pinogu) yang diperintah seorang Raja bernama Wadipalapa berasal dari Langit, yang oleh orang Bugis-Makassar dikenal dengan nama "Remmang Ri Langi". Ketika raja ini mangkat, kerajaan Pinohu berubah nama menjadi Tuwawa (Suwawa). Ditahun 1481 berubah lagi dengan nama kerajaan Bune (Bone). Sekitar tahun 1585, muncul salah seorang keturunan raja yang digelari rakyatnya dengan Wadipalapa II, di tangan Wadipalapa II kemudian muncul gagasan untuk memperluas kerajaan Bune dengan cara damai. Maka diperintahkanlah rakyatnya mencari lahan baru dengan membagi warganya menjadi dua rombongan. Jalur utara dari Suwawa, Wonggaditi terus ke Huntu Lo Bohu dipimpin Hemeto. Sedang jalur selatan mulai dari Potanga, Dembe, terus ke Panipi diserahkan kepada Naha. Jalur Utara yang dinakhodai Naha, akhirnya tiba di Dembe dan menemukan benteng tersebut berada di atas bukit.